Minggu, 12 Mei 2013

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing (LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.

1.1 Pembukaan Kebun Baru
Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus dilakukan mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata ruang sampai dengan pembukaan lahan secara fisik.

1.2 Perolehan Lahan
Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen sebagai langkah ekspansif perusahaan menuju terwujudnya luasan area yang ditetapkan. Didalan pelaksanannnya pihak Manajemen mendapatkan usulan/masukan dari Legal departemen atau sebaliknya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain:
A. Perizinan Area Baru
Legal departemen bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan hak guna usaha (HGU). Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang akan diurus perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan membantu Legal departemen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas.
B. Penilaian Kelayakan Lahan
Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan (desk study) yang dilakukan oleh Riset dan GIS (geografic information system) untuk mendapatkan informasi yang mencakup:
  • Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit
  • Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru
  • Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan pabrik
  • Potensi masalah sosial
Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan GIS (geografic information system) untuk melakukan survey lanjutan tentang kelayakan area yang mencakup: Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan lingkungan. Dan beberapa informasi yanag lebih mendetail, mencakup:
  • Luas area berdasarkan kelas tanah.
  • Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas dilapangan.
  • Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang.
  • Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut.
  • Lokasi Sunber material pada area baru.
  • Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)
Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian dan jangka waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman agronomi dibantu tim yang terdiri dari finance, dan engineering untuk menyusun rencana kerja proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja
Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi.
1        Jangka waktu pembangunan kebun
2        Tahapan – tahapan pembukaan kebun
3        Kebutuhan SDM
4        Keuangan
5        Alat berat dan kendaraan
Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey lahan yang mencakup informasi :
1        Batas kebun dan batas wilayah kebun
2        Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca outlet)
3        Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga
4        Penentuan Main Road (jalan utama) dan Collection Road (jalan koleksi)
5        Rencana pembagian blok dan luas blok
6        Lokasi bibitan
7        Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain
8        Rencana lokasi pabrik dan perkantoran
9        Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan
10    Lokasi hutan konservasi / penyangga

1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang
Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka   harus segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi kantor, lokasi bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasi emplasemen.
Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan proyek / manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah ditetapkan tersebt diupayakan akan menjadi tempat pembangunan kantor permanen, Gudang dan Emplasemen kebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat persetujuan GM (general manager)  Plantation.
Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer kebun pjuga mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan dengan mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah lokasi bibitan disetujui GM (general manager) Plantation, pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan.
Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey   semi detail. Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal 50 meter dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai gangguan maka perlu dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas sepanjang sisi kiri dan kanan jalan.
Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan Enginering malakukan survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS serta Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey tersebut, managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk menghindari kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di bangun PKS maupun Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di lapangan dengan pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya. Pimpinan Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten Pengembangan untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah dicadangkan tersebut.

1.4 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin hak guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan – tahapan dalam pembukaan lahan antara lain:
Survey  Lahan dan evaluasi lahan
Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli PMNP, kegiatan ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau tidak lahan tersebut dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman BudidayaTanaman Kelapa Sawit.
Rintis-Bloking
Kegiatan rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata batas / kerangka kebun, menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan menentukan tata batas jalan utama ataupun jalan koleksi.
Pembuatan rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis jalan Main Road dan Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas / Theodolite. Jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar jalan koleksi  (CR) 307 m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok 1.000 m.
Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok pada areal berbukit tidak meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi jaln kontur.
Pancang Rintis
Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M, dan antar jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang blok 1000 M, dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR disesuaikan dengan kelipatan jarak tanaman.
Imas
Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak. Tujuan imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan perun mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.
Tumbang
Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin / cheinsaw dilakukan setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan selesai pembuatan parit outlet dan parit utama.
Ketentuan dalam penumbangan kayu:
  • Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan
  • Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai dilakukan perun mekanis.
Perun Mekanis
Perun mekanis dengan menggunakan alat berat buldozer atau excavator. Perun mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur dan barat. Lebar rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar rumpukan 32 M sedangkan pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan 16M. Posisi Buldozer berada pad gawangan hidup dan kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur pada gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit.
Pancang Jalur Rumpukan (pancang staking)
Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di gawangan mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau putih agar mudah dilihat oleh operator excavator atau buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu  jaluran.
                
1.5 Pembuatan Prasarana Jalan
Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat vital, Yakni: sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur transaportasi TBS, jalur trasportasi pemupukan, karyawan, material bangunan serta sebagai pembatas blok. Putusnya jalan akan menghambat semua aktivitas sehingga dapat mengganggu.
Jenis -jenis Jalan:
  1. Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak antar jalan utama 1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut atau rawa jalan dibuat dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada salah satu sisi badan jalan. Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m, dalam 4 m.
  2. Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m dan lebar badan jalan 7 m.
  3. Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong jalur kontur dngn lebar 5-7 m.
1.6  Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain genetic tanaman (innate), perlakuan (induce) dan factor lingkungan atau kondisi alam (enforce).
Faktor innate adalah factor yang terkait dengan genetic tanaman yang bersifat mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya embrio dalam biji. Untuk mengelola factor innate ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya seperti PT. Socfindo.
Faktor induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetic sebagai manifestasi factor lingkungan yang terkait dengan perlakuan manusia. Faktor induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan dilapangan, seperti pemupukan.
Faktor enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang atau menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim, temperatur, curah hujan, keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan faktor penting untuk mendapatkan minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai panen pada umur 30 bulan.
Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
1        Potensi genetik dan asal – usul persilangannya
2        Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit
3        Seleksi bibit
4        Umur bibit saat ditanam kelapangan
Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah ditanam kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi produksi tidak dapat diperbaiki.
1.6.1   Penentuan Lokasi Bibitan 
Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang digunakan oleh perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya yang harus dikeluarkan selama masa bibitan.
Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan yaitu :
1        Lokasi harus datar dan lapang
2        Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari.
3        Aman dari gangguan hama penyakit
4        Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif
1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan

Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan jalan.
Tahapan persiapan lahan bibitan:
1        Memilih lokasi potensial.
2        Membuat jalan tetap menuju bibitan.
3        Membersihkan areal penyemaian PN (pre nursery) dan MN (main nursery) secara mekanis.
4        Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang.
5        Membuat irigasi
 1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan
Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing –  masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal.
Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum 4. Pembuatan sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan pembibitan baik di Pre Nursery maupun Main Nursery.
Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa sawit, diantaranya :
1        Sistim irigasi manual
2        Sistim irigasi semi manual
3        Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang bertekanan.
Sistem kirico ini banyak memiliki kelebihan dan mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga selain biaya yang murah juga efektif terhadap sistem penyiraman bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian – bagian instalasi pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik berlubang (kirico) dan sambungan – sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6”, 4” dan 2” serta selang kirico. Jenis mesin 20 hp @1,250 RPM.

1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan
Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung atau satu tahap (single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (double stage)
a). Pembibitan satu tahap
Pada perkebunana yang sudah mapan ( established ) atau yang mempunyai topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap (single stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam largebag di main nursery yang sudah dilakukan penjarangan (spacing) dengan jarak tanam 70cm segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung 17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum dilakukan penanaman kecambah maka instalasi air harus sudah terpasang pada seluruh areal pembibitan yang sudah direncanakan.
b). Pembibitan Dua Tahap
 1).  Pre Nursery
Tujuan pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun. Pre Nursery  juga bertujuan untuk mengoptimalkan dalam pemeliharaan.
2).  Main Nursery
Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau setelah bibit memiliki 4 – 5 helai daun.
Tata cara pelaksanaan transplanting dari pre nursery ke main nursery sebagai berikut :
  1. Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah.
  2. Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan pembuatan lubang tanam
  3. Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey)
  4. Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan
  5. Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas masing-masing kotak kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke MN menggunakan mobil atau jonder.
  6. Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya
  7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting
Pada saat  transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi dengan pemberian pupuk guano dan agroblen sebagai pupuk dasar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar. Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok, sedangkan pupuk agroblen 50gr/pokok.


1.6.5  Kerapatan Tanam
Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area berbukit, hal tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan saat panen. Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat dipengaruhi oleh jenis bibit yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang memiliki diameter daun cukup lebar (contoh ; Marihat) maka jarak tanam harus lebih dijarangkan agar pelepah daun tidak saling menutupi (bisa terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit yang memiliki diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo) maka dapat ditanam lebih rapat.
Tabel 1.1 Kerapatan Tanam.
Kerapatan tanam (pohon/Ha)
Jarrak tanam anatara pohon
(segitiga sama sisi)
Jarak tegak lurus antar baris
128
9.5 m
8.23 m
130
9.4 m
8.14 m
136
9.2 m
7.97 m
148
8.8 m
7.62 m
160
8.5 m
7.36 m
Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit
 1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan
Kegiatan yang dilakukan di Pre Nursery (PN) antara lain  pengairan atau penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, konsolidasi bibit, pengendalian hama dan penyakit (PHPT) dan seleksi bibit.
Penyiraman di Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm maka penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap bibit adalah 0,2 – 0,3 Liter/potre per hari.
Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari seminggu sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak dianjurkan menggunakan herbisida.
1.6.7. Transplanting Bibit                       
Kegiatan transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Adapun kegiatan – kegiatannya antara lain :
1        Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi
2        Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam largebag
3        Penyusunan largebag
4        Pembuatan lubang tanah.

 1.6.8 Kegiatan di Main Nursery
a).  Penyiraman
Penyiraman memerlukan 2 – 3 liter air per hari dengan sistem mist irigation : sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore.
b). Pemberian Mulsa
Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai adalah daun lalang kering yang dipotong – potong.
c). Pemupukan
Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata pada permukaan polybag.
d). Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual (weding) dan dengan cara herbisida kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian gulma diluar polybag, rotasinya 1 bulan 1x dengan menggunakan alat semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar tidak terkena bibit biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung semprot.
e). Pengendalian Hama
Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan ciri bercak spot – spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan memperbaiki sitem pengairan, pemupukan dan media tanah. Pengendalian dengan cara aplikasi sistemik dan non mistemik. Apabila gejala makin parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan pestisida.
f). Konsolidasi Bibit
Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau polybag yang condong serta meratakan tanah dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan sempurna.
1.7     Penanaman Kelapa Sawit
1.7.1  Pancang Tanam
Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan koleksi agar barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak pancang tanam disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan jenis bibit.
1.7.2 Lubang Tanam
 Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm disiapkan sebelum penanaman dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil.
1.7.3 Lansir Bibit
 Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah siap tanam dari bibitan utama dan diecerkan kelokasi tanam dijalur CR sesuai dengan jumlah tanam menggunakan zonder.
1,7.4 Penanaman
 Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam diberikan pupuk guano sebanyak 35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara bersamaan. Kemudian, polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali.
1.7.5 Konsolidasi
 Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit diperkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun demikian karena penenman biasanya dalam skala luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai denagn syarat –syarat kultur teknis. Kesalahan tanam yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru  atau karena kurangnya pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada Kelapa Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi. Kegiatan konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman, biasanyan tanaman yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau dipadatkan bagian tanahnya.
1.8    Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1.8.1 Penomoran Blok
Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok menggunakan kayu blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor blok tersebut dipasang pada 4 titik antara persingpangan CR dan MR. Penomoran blok ini harus sudah selesai setelah penanaman.
 1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis
Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah :
  1. Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari
  2. Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM
  3. Mempermudah pengawasan dilapangan
  4. Efektivitas pemupukan
1.8.3 Sensus Pokok
 Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1) dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).
a).   Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan.
b).   Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.
1.8.4 Pemeliharaan Jalan
 Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l:
1        Perataan Jalan
2        Memperbaiki saluran air ditepi jalan
3        Pengerasan jalan Penimbunan.
1.8.5 Pengendalian Gulma
 Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dengan menjadi pesaing bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan serta produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar pikul, piringan harus dibersihkan.
Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun pita (grasses), gulma berdaun lebar (Broadleaves), Gulma berkayu ( Brush weede), gulma pakisan ( Ferns).
Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain:
1        Memusnahkan gulma berbahaya
2        Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali
3        Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis, tindakan frepentif, Biologis, mekanis, kimiawi.
Standar dan tindakan pengendalian gulma  pada TBM dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai tanaman menghasilkan dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif, secara mekanis dan kimia.
a.    Pengendalian secara preventif dan kultur teknis
Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan penanaman kacangan sebagai penutup  tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma.
b.    Secara mekanis
Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul dan kait. Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun terluar pokok kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan cangkul.
1). Secara kimia
Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman berumur <12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk tanaman berumur >12 bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan jalan rintis dan gawangan disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi sasaran. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu alat semprot (Knap Sack). Alat ini yang memiliki ujung semprot yang disebut nozel, berikut ini merupakan spesifikasi jenis nozel.
Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya
NO
Nozzle
Lebar semprot (meter)
Volume semprot (liter/ha)
Rata -rata semprot Kg/cc
1
Polyjet merah
2
1000
2476
2
polyjet biru
1,5
600 – 800
1650
3
polyjet hijau
1.0 – 1.2
400
900
4
polyjet kuning
1.0 – 1.2
400 -600
680
5
polyjet hitam
1.2 – 2.0
800 – 1000
2560
6
VLV 200
1.2 – 2.0
200
970
7
VLV100
1.2 – 2.0
100
420
8
VLV 50
1
50
300
9
No drif Nozzle
1.2
225
-
10
CDA
0.5 – 1.0
25 – 50
-
11
Cone Nozle

500
-
Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
 Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman secara Biologi karena merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan terganggunya proses biologi dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang adalah bagian daun maka akan mengganggu proses foto sintesa dari tanaman.
Secara Ekonomi: organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merusak tanaman inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi karena mengakibatkan kehilangan hasil yang diharapkan.
Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para petani akan merugi secara ekonomi.
 1.9    Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
1.9.1 Pengendalian Gulma
 Pemeliharaan Gawangan
Tujuan pengendalian gulma di gawangan :
  1. Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari
  2. Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain
  3. Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan.
Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman lain yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat ditoleransi. Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong terjadinya erosi.
Pemberantasan Lalang
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping.
Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH
Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari.
Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:
  1. Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan
  2. Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.
  3. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke   pabrik kelapa sawit (PKS)
1.9.2 Penunasan (prunning)

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak berfungsi lagi, serta pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang. Ketentuan dalam penunasan, pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon kurang lebih 15 cm agar brondolan tidak tersangkut.
1.9.3 Pemupukan

Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai produksi  yang optimal, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karna itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan administrasi.
Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan analisa tanah.
1.10    Perisapan Panen

Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Adapun kegiatan menjelang produksi anatara lain:
1.10.1Kastrasi

Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur 14 bulan, dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan katrasi :
  1. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi digawangan mati
  2. Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan kastrasi  bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak dibuang.
  3. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan  elaidobius camerunicus
  4. Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada umur 20 bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18 dan diakhiri pada 24 bulan.
  5. Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi.
1.10.2 Sanitasi

Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik pada saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen pertama dimulai, kegiatan sanitasi:
  1. Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan mati
  2. Membuang semua pelepah kering
  3. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip brondolan.
1.10.3 Pembuatan Titi panen

Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air, agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan.
1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen atau TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:
  1. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk areal berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
  2. Ukuran TPH: – TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 3×4 m
  3. Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan TBS.
  4. Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH
1.10.5 Perlatan panen

Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran 8cm, angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga berondol.
1.10.6 Seksi Potong Buah

Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam luasan tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap blok) yang menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem 6/7, artinya dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen yang ada dibagi 6 seksi.
Tujuan pembuatan seksi panen adalah ;
  1. Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk memudahkan pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan tidak terlalu jauh untuk pindah hancak.
  2. Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka arah panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok yang lain, sehingga pengontrolan lebih sistematis.
  3. Memberikan target/ sasaran yang jelas.
  4. Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS.
1.10.7 Mandoran Panen
 Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih.
Adapun tugas-tugas mandoran:
  1. Menghancakan karyawan
  2. Membagi buku  notes potong buah
  3. Mengontrol kerja karyawan
  4. Memeriksamutu buah dan hancak karyawan
  5. Melakukan taksasi poong buah
  6. Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah
  7. Memeriksa alat kerja karyawan.
1.10.8 Sistem penghancakan
 Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara menempatkan karyawan (pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan.
Cara/sistem pengacakan ada tiga cara:
Hancak Giring murni
Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu seorang mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi pekerjaannya, karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak punya ras tanggung jawab terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh lama untuk pindah hancak. Hancak ini biasa diterapkan pada areal yang baru panen.
Hancak Giring tetap permandoran
Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam mandoran tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam mandoran tersebut selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan, misalnya berdasarkan karepatan panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan sistem giring murni adalah bahwa sistem giring ini yang memiliki han cak tetap hanya sebatas permandoran sedangkan karyawan tidak memiliki hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap akatif mengawasi  hasil pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke hancak baru.
Hancak Tetap
Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki daerah yang telah ditentukan  (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor panen akan lebih mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan.
1.11  Kegiatan Panen
 Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari urutan-urutan kegiatan pekerjaan dilapangan yang dimulai dari kondisi hutan yang dibloking, imas, tumbang, perun/rumpuk, dst  hingga tanaman mulai menghasilkan/ produksi.
Untuk mengambil produksi tersebut  maka perlu cara yang dianamakan panen, maka dalam  pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal mungkin, yaitu dengan cara menekan kehilangan prouksi (losses) hingga O %.
Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya  losses, yaitu:
  1. Buah mentah
  2. Buah masak tinggal dipokok
  3. Buah/Brondolan tidak dikutip
  4.  Buah/Brondolan dicuri
  5. Janjangan buah busuk
  6. Gagang panjang (GP)
  7. Administrasi yang tidak akurat
Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat juga dengan mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal.
Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi mengenai:
  1. Kerapatan buah masak
  2. Jumlah tenaga potong buah
  3. Umur tanaman
  4. Jumlah brondolan dan persentase siap borong
  5. Curah hujan
1.11.1 Sensus Produksi
 Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester (enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-rata (BJR).
Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel ini akn diketahui jumlah rata-rata janjang per pokoknya. Semakin banyak sempel maka data yang didapat semakin akurat.
Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn semester. Semester 1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus produksinya dilaksanakan pada tangal 20 s/d 31  desember tahun lalu. Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember tahun ini dan sensus produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini, Proses input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta paling lambat 7 hari setelah sensus.
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
  1. Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus.
  2. Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus, yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm suatu blok.
  3. Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.
1.11.2 Taksasi Potong Buah
 Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.
Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran, maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10% dari tiap total pokok produktif  pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen besok -66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok.
1.11.3 Kriteria Panen
 Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn apakah buah itu dinyatakan matang, mentah atau busuk. Pedoman yang digunakan untuk kematangan tersebut didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per Kg TBS.
Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah, yaitu buah masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini kurang efektif, terutama pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi.
Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah masak adalah sebagai berikut:
Umur tanaman
Jumlah brondolan
Keterangan
3-7 tahun 0-4 brondolan >5 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
8-20 tahun 0-10 brondolan >15 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
>20 tahun 0-20 brondolan >20 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)

Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah:
Istilah
Simbol
Tindakan
Un Ripe atau Mentah Hitam Buah BM Buah yang tidak membrondol, apabila terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah tetap diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan huruf  M berwarna merah.
Under Ripe atau Kurang masak atau Mentah merah - Buah yang telah membrondol akan tetapi belum sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang memotong buah ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah
Ripe atau Masak/ Normal Buah BN Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TBS atau lebih.
Over ripe atau Kelewat masak - Buah yang membrondol lebih dari 75 % brondolan yang terdpt pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya diakibatkan karena keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal pada pusingan yang lalu.
Empety Bunch atau buah busuk Buah BB Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan.

 1.11.4 Transportasi
 Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat pengumpul hasil (TPH), maka tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS yang ada di TPH. Buah yang telah dipanen sebaiknya segera di angkut ke Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan TBS jangan dibiarkan dilapangan lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan pihak perusahaan itu sendiri.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.