Rabu, 03 Februari 2016

Added Value CPO



Jakarta - Pemerintah  menginginkan produksi minyak sawit mentah bisa meningkat, khususnya untuk perkebunan yang dikelola petani mandiri. Menurut Menteri Perindustrian, Saleh Husin, antara petani mandiri dan perusahaan plasma perlu duduk bersama agar produksi minyak sawit bisa tumbuh. "Selama ini hasilnya masih rendah (perkebunan mandiri), yaitu 2,5 ton," ucap Saleh usai rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 2 Februari 2016.

Dengan adanya badan layanan umum kelapa sawit, mestinya produksi minyak kelapa sawit bisa ditingkatkan. Menurut Saleh, perlu ada pembinaan yang intensif kepada pemilik kelapa sawit mandiri agar hasil produksinya bisa mengimbangi perusahaan plasma.

Di tengah lesunya harga komoditas dunia, termasuk harga minyak sawit, Saleh menilai perlu ada produk lanjutan yang bisa dikembangkan. Apalagi penerimaan dari sektor minyak sawit terbilang tinggi, yaitu sekitar US$ 21,7 miliar pada 2014. Oleh sebab itu, kebijakan yang sudah berjalan seperti penerapan campuran minyak nabati menjadi 20 persen (B20) dengan solar perlu ditingkatkan.

Jika penggunaan biodiesel B20 sudah meningkat maka dengan sendirinya harga minyak sawit menjadi terjaga. "Dampaknya ke masyarakat luas, baik petani mandiri dan plasma akan lebih baik penghasilannya," ucap Saleh. Kalau pun terjadi penurunan ekspor, produksi minyak sawit akan didorong untuk konsumsi domestik dengan terus meningkatkan produk turunannya agar ada nilai tambah.

Perwakilan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono yang ikut dalam rapat terbatas menyatakan ekspor crude palm oil (minyak sawit) masih menjadi primadona untuk sektor non Migas. Presiden Joko Widodo,  ingin minyak sawit bisa lebih dikembangkan ke depannya.

Joko berharap dari sektor biodiesel B20 bisa optimal menyerap hasil produksi minyak sawit domestik. "Jika biodiesel B20 sanggup menyerap 3 juta ton CPO dampak positifnya akan dirasakan oleh pelaku industri dalam negeri."

TEMPO

Senin, 25 Januari 2016

Kondisi Industri Sawit 2016


Lori rebusan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)
 
Di tengah anjloknya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global, pemerintah diminta untuk menurunkan besaran pungutan ekspor CPO. Pungutan itu selama ini dilakukan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) Sawit.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, permintaan tersebut salah satunya datang dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI). Namun Saleh tidak mengungkapkan besaran ‎penurunan pungutan yang diminta oleh para pelaku industri tersebut.
‎"Ada yang minta, dalam keadaan lagi turun (harga CPO), ditinjau yang dipungut itu, mungkin bisa dikurangi. Mungkin untuk sektor hulunya," ujar dia di kantor Kementeian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (25/1/2016).
Selain penurunan besaran pungutan CPO, pelaku industri kelapa sawit juga meminta pemerintah menghilangkan pungutan ekspor cangkang sawit (palm kernel shells). Seebelumnya, cangkang sawit tersebut dianggap sebagai limbah. Namun dalam beberapa tahun terakhir, cangkang sawit ini rupanya masih bisa diolah menjadi bahan bakar pengganti barubara, bahkan dinilai jauh lebih ramah lingkungan.
"Misalnya buangan limbah (cangkang sawit) itu tidak perlu dikenakan biaya atau dipungut. Jadi limbah itu kan bisa diolah, diekspor. Itu tidak dipungut," katanya.
‎Sementara itu, terkait dengan program mandatori pencampuran CPO sebesar 20 persen dalam biodiesel (B20), Saleh memastikan program tersebut akan dijalankan pada tahun ini meski program B15 sebelumnya tidak berjalan maksimal.
Dalam hal ini, industri otomotif yang tergabung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah mendukung berjalannya program mandatori ini dengan menyesuaikan sistem mesin kendaraan khususnya kendaraan berat seperti truk.
"B20 tetap jalan. Kita bicara dengan Gaikindo itu bisa dan layak digunakan. Tapi pengguna-pengguna mungkin takut menganggu kendaraan besar, tapi produsen tidak masalah," tandasnya

Liputan6.com


Pengiriman CPO
  Harga CPO menguat pada awal perdagangan Jumat (22/1/2016) seiring rebound harga minyak mentah di pasar dunia.
Kontrak berjangka CPO untuk April 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka menguat 0,83% ke harga 2.444 ringgit atau Rp7,8 juta per ton.
Komoditas tersebut kemudian sempat diperdagangkan menguat hingga 1,11% ke harga 2.449 ringgit per ton dan diperdagangkan menguat 0,91% ke harga 2.444 ringgit per ton pada pukul 10.05 WIB.
Harga CPO rebound mengikuti pergerakan harga minyak mentah. Minyak Brent kemarin ditutup menguat 4,91% ke harga US$29,25 per barel setelah sempat naik hingga 7% di perdagangan intraday. Bren diperdagangkan naik 0,65% ke harga US$29,44 per barel pada pukul 10.11 WIB.
Sementara itu, penurunan tajam harga minyak mentah membebani rencana pemerintah Indonesia menerapkan standar BBM biodiesel B-20 pada 2016.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Rp15,87 triliun untuk program B-20 hanya cukup untuk memberikan subsidi selama 8–10 bulan.

Bisnis.com 

 
Storage Tank CPO di PPKS

Sejak akhir Desember 2014 lalu, harga minyak mentah dunia selalu mengalami penurunan. Bahkan, sejak Iran dibebaskan dari sanksi internasional, harga minyak mentah dunia anjlok pada level USD 28 per barel. Harga minyak mentah ini merupakan yang terendah sejak tahun 2003.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono menuturkan, prediksi pertumbuhan harga crude palm oil (CPO) pada tahun 2016 akan sulit dicapai jika harga minyak mentah terus bertahan pada level USD30 per barel.
"Akhir November para pakar meramalkan harga CPO global tahun 2016 akan mencapai diatas USD600 per metrik ton pada kuartal pertama 2016. Spekulasi yang berkembang disebabkan karena jatuhnya harga minyak mentah dunia yang sudah menyentuh level USD30 per barel," ujar Joko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/1/2016).
Untuk diketahui, sepanjang tahun 2015 harga CPO turun sebesar 25 persen year on year. Pada 2014, harga CPO mencapai 818,2 ton per metrik ton. Namun, harta rata-rata CPO pada 2015 hanya mencapai USD 614,2 per metrik ton.
Akibatnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan sepanjang tahun 2015 tidak dapat memungut pajak CPO. Sebab, harga CPO berada di bawah batas minimum penerapan pajak CPO sebesar USD750 per metrik ton.
"Biasanya bea keluar disumbang dari ekspor CPO. Tapi sejak harga CPO internasional di bawah threshold, yaitu kurang dari USD750 per metrik ton. Jadi Bea Cukai tidak dapat memungut bea keluar. Akibat dari kondisi ini, potensi kehilangan penerimaan sebesar Rp8,1 triliun," ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi beberapa waktu lalu.

Okezone.com  

Kamis, 13 Juni 2013

Pendiri Medco Tawarkan Skema Pengembangan Energi Alternatif ke Pemerintah


detikfinance

Jumat, 14/06/2013 07:08 WIB

 
Jakarta - Indonesia telah menjadi negara importir minyak sejak 2004. Cadangan minyak Indonesia diprediksi akan habis dalam12 tahun lagi.

Karena itu pemerintah dipaksa memutar otak mencari energi alternatif. Salah satu usulan alternatif yang terbaik adalah dari kelapa sawit.

Founder PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Arifin Panigoro menyatakan jika Arab Saudi punya limpahan minyak, maka kita memiliki limpahan kelapa sawit. Apalagi mengingat, Crude Palm Oil (CPO) menguasai 47% dari pangsa pasar global.

"Sawit itu di depan mata sebetulnya, asal skalanya dekat dan lebih cepat. itu sawit prosesnya simpel dari CPO ke diesel cepat dan murah. Jadi enggak serumit kilang minyak," kata Arifin seperti dikutip, Jumat (14/6/2013)

Sayangnya, setiap tahun 30 juta ton CPO di ekspor ke negara-negara maju yang sebenarnya diolah menjadi energi. Padahal, dari bahan baku ini dapat diproduksi bahan bakar nabati atau biodiesel. Produksinya melalui reaksi metanolisi atau etanolis minyak lemak nabati.

"Sekarang saja punya 5 juta ton itu setara minyak 100 barel per hari. Kalau minyak kebutuhannya 1,5 juta barel per hari, jadi paling 6% (biodisel). Tapi nggak apa-apa sedikit, dari pada tidak sama sekali," ujarnya.

Ia menawarkan beberapa tahapan pengembangan biodiesel. Dalam jangka pendek (3 tahun), pemerintah cukup mengatur regulasi yang dimulai dari bauran biodiesel dalam bahan bakar 10-20%. Kemudian penetapan harga regional, desentralisasi fasilitas produksi dan kurangi impor solar.

Untuk jangka menengah (11 tahun), regulasi bisa ditingkatkan untuk pengendalian harga CPO, pembentukan biodiesel fund dan pengenaan pajak ekspor CPO yang lebih tinggi.

Jangka panjang (20 tahun), pemerintah bisa memperkuat insentif fiskal untuk infrastruktur dan perijinan. Kemudian perluasan perkebunan sawit dan akses pembiayaan.


http://finance.detik.com/read/2013/06/14/070814/2273110/1034/pendiri-medco-tawarkan-skema-pengembangan-energi-alternatif-ke-pemerintah?f9911013

Minggu, 12 Mei 2013

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing (LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.

1.1 Pembukaan Kebun Baru
Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus dilakukan mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata ruang sampai dengan pembukaan lahan secara fisik.

1.2 Perolehan Lahan
Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen sebagai langkah ekspansif perusahaan menuju terwujudnya luasan area yang ditetapkan. Didalan pelaksanannnya pihak Manajemen mendapatkan usulan/masukan dari Legal departemen atau sebaliknya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain:
A. Perizinan Area Baru
Legal departemen bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan hak guna usaha (HGU). Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang akan diurus perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan membantu Legal departemen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas.
B. Penilaian Kelayakan Lahan
Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan (desk study) yang dilakukan oleh Riset dan GIS (geografic information system) untuk mendapatkan informasi yang mencakup:
  • Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit
  • Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru
  • Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan pabrik
  • Potensi masalah sosial
Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan GIS (geografic information system) untuk melakukan survey lanjutan tentang kelayakan area yang mencakup: Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan lingkungan. Dan beberapa informasi yanag lebih mendetail, mencakup:
  • Luas area berdasarkan kelas tanah.
  • Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas dilapangan.
  • Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang.
  • Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut.
  • Lokasi Sunber material pada area baru.
  • Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)
Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian dan jangka waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman agronomi dibantu tim yang terdiri dari finance, dan engineering untuk menyusun rencana kerja proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja
Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi.
1        Jangka waktu pembangunan kebun
2        Tahapan – tahapan pembukaan kebun
3        Kebutuhan SDM
4        Keuangan
5        Alat berat dan kendaraan
Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey lahan yang mencakup informasi :
1        Batas kebun dan batas wilayah kebun
2        Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca outlet)
3        Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga
4        Penentuan Main Road (jalan utama) dan Collection Road (jalan koleksi)
5        Rencana pembagian blok dan luas blok
6        Lokasi bibitan
7        Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain
8        Rencana lokasi pabrik dan perkantoran
9        Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan
10    Lokasi hutan konservasi / penyangga

1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang
Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka   harus segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi kantor, lokasi bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasi emplasemen.
Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan proyek / manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah ditetapkan tersebt diupayakan akan menjadi tempat pembangunan kantor permanen, Gudang dan Emplasemen kebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat persetujuan GM (general manager)  Plantation.
Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer kebun pjuga mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan dengan mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah lokasi bibitan disetujui GM (general manager) Plantation, pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan.
Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey   semi detail. Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal 50 meter dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai gangguan maka perlu dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas sepanjang sisi kiri dan kanan jalan.
Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan Enginering malakukan survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS serta Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey tersebut, managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk menghindari kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di bangun PKS maupun Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di lapangan dengan pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya. Pimpinan Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten Pengembangan untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah dicadangkan tersebut.

1.4 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin hak guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan – tahapan dalam pembukaan lahan antara lain:
Survey  Lahan dan evaluasi lahan
Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli PMNP, kegiatan ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau tidak lahan tersebut dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman BudidayaTanaman Kelapa Sawit.
Rintis-Bloking
Kegiatan rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata batas / kerangka kebun, menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan menentukan tata batas jalan utama ataupun jalan koleksi.
Pembuatan rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis jalan Main Road dan Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas / Theodolite. Jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar jalan koleksi  (CR) 307 m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok 1.000 m.
Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok pada areal berbukit tidak meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi jaln kontur.
Pancang Rintis
Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M, dan antar jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang blok 1000 M, dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR disesuaikan dengan kelipatan jarak tanaman.
Imas
Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak. Tujuan imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan perun mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.
Tumbang
Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin / cheinsaw dilakukan setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan selesai pembuatan parit outlet dan parit utama.
Ketentuan dalam penumbangan kayu:
  • Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan
  • Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai dilakukan perun mekanis.
Perun Mekanis
Perun mekanis dengan menggunakan alat berat buldozer atau excavator. Perun mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur dan barat. Lebar rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar rumpukan 32 M sedangkan pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan 16M. Posisi Buldozer berada pad gawangan hidup dan kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur pada gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit.
Pancang Jalur Rumpukan (pancang staking)
Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di gawangan mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau putih agar mudah dilihat oleh operator excavator atau buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu  jaluran.
                
1.5 Pembuatan Prasarana Jalan
Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat vital, Yakni: sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur transaportasi TBS, jalur trasportasi pemupukan, karyawan, material bangunan serta sebagai pembatas blok. Putusnya jalan akan menghambat semua aktivitas sehingga dapat mengganggu.
Jenis -jenis Jalan:
  1. Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak antar jalan utama 1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut atau rawa jalan dibuat dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada salah satu sisi badan jalan. Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m, dalam 4 m.
  2. Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m dan lebar badan jalan 7 m.
  3. Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong jalur kontur dngn lebar 5-7 m.
1.6  Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain genetic tanaman (innate), perlakuan (induce) dan factor lingkungan atau kondisi alam (enforce).
Faktor innate adalah factor yang terkait dengan genetic tanaman yang bersifat mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya embrio dalam biji. Untuk mengelola factor innate ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya seperti PT. Socfindo.
Faktor induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetic sebagai manifestasi factor lingkungan yang terkait dengan perlakuan manusia. Faktor induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan dilapangan, seperti pemupukan.
Faktor enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang atau menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim, temperatur, curah hujan, keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan faktor penting untuk mendapatkan minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai panen pada umur 30 bulan.
Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
1        Potensi genetik dan asal – usul persilangannya
2        Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit
3        Seleksi bibit
4        Umur bibit saat ditanam kelapangan
Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah ditanam kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi produksi tidak dapat diperbaiki.
1.6.1   Penentuan Lokasi Bibitan 
Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang digunakan oleh perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya yang harus dikeluarkan selama masa bibitan.
Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan yaitu :
1        Lokasi harus datar dan lapang
2        Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari.
3        Aman dari gangguan hama penyakit
4        Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif
1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan

Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan jalan.
Tahapan persiapan lahan bibitan:
1        Memilih lokasi potensial.
2        Membuat jalan tetap menuju bibitan.
3        Membersihkan areal penyemaian PN (pre nursery) dan MN (main nursery) secara mekanis.
4        Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang.
5        Membuat irigasi
 1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan
Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing –  masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal.
Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum 4. Pembuatan sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan pembibitan baik di Pre Nursery maupun Main Nursery.
Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa sawit, diantaranya :
1        Sistim irigasi manual
2        Sistim irigasi semi manual
3        Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang bertekanan.
Sistem kirico ini banyak memiliki kelebihan dan mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga selain biaya yang murah juga efektif terhadap sistem penyiraman bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian – bagian instalasi pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik berlubang (kirico) dan sambungan – sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6”, 4” dan 2” serta selang kirico. Jenis mesin 20 hp @1,250 RPM.

1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan
Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung atau satu tahap (single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (double stage)
a). Pembibitan satu tahap
Pada perkebunana yang sudah mapan ( established ) atau yang mempunyai topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap (single stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam largebag di main nursery yang sudah dilakukan penjarangan (spacing) dengan jarak tanam 70cm segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung 17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum dilakukan penanaman kecambah maka instalasi air harus sudah terpasang pada seluruh areal pembibitan yang sudah direncanakan.
b). Pembibitan Dua Tahap
 1).  Pre Nursery
Tujuan pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun. Pre Nursery  juga bertujuan untuk mengoptimalkan dalam pemeliharaan.
2).  Main Nursery
Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau setelah bibit memiliki 4 – 5 helai daun.
Tata cara pelaksanaan transplanting dari pre nursery ke main nursery sebagai berikut :
  1. Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah.
  2. Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan pembuatan lubang tanam
  3. Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey)
  4. Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan
  5. Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas masing-masing kotak kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke MN menggunakan mobil atau jonder.
  6. Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya
  7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting
Pada saat  transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi dengan pemberian pupuk guano dan agroblen sebagai pupuk dasar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar. Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok, sedangkan pupuk agroblen 50gr/pokok.


1.6.5  Kerapatan Tanam
Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area berbukit, hal tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan saat panen. Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat dipengaruhi oleh jenis bibit yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang memiliki diameter daun cukup lebar (contoh ; Marihat) maka jarak tanam harus lebih dijarangkan agar pelepah daun tidak saling menutupi (bisa terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit yang memiliki diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo) maka dapat ditanam lebih rapat.
Tabel 1.1 Kerapatan Tanam.
Kerapatan tanam (pohon/Ha)
Jarrak tanam anatara pohon
(segitiga sama sisi)
Jarak tegak lurus antar baris
128
9.5 m
8.23 m
130
9.4 m
8.14 m
136
9.2 m
7.97 m
148
8.8 m
7.62 m
160
8.5 m
7.36 m
Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit
 1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan
Kegiatan yang dilakukan di Pre Nursery (PN) antara lain  pengairan atau penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, konsolidasi bibit, pengendalian hama dan penyakit (PHPT) dan seleksi bibit.
Penyiraman di Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm maka penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap bibit adalah 0,2 – 0,3 Liter/potre per hari.
Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari seminggu sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak dianjurkan menggunakan herbisida.
1.6.7. Transplanting Bibit                       
Kegiatan transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Adapun kegiatan – kegiatannya antara lain :
1        Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi
2        Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam largebag
3        Penyusunan largebag
4        Pembuatan lubang tanah.

 1.6.8 Kegiatan di Main Nursery
a).  Penyiraman
Penyiraman memerlukan 2 – 3 liter air per hari dengan sistem mist irigation : sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore.
b). Pemberian Mulsa
Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai adalah daun lalang kering yang dipotong – potong.
c). Pemupukan
Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata pada permukaan polybag.
d). Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual (weding) dan dengan cara herbisida kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian gulma diluar polybag, rotasinya 1 bulan 1x dengan menggunakan alat semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar tidak terkena bibit biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung semprot.
e). Pengendalian Hama
Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan ciri bercak spot – spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan memperbaiki sitem pengairan, pemupukan dan media tanah. Pengendalian dengan cara aplikasi sistemik dan non mistemik. Apabila gejala makin parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan pestisida.
f). Konsolidasi Bibit
Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau polybag yang condong serta meratakan tanah dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan sempurna.
1.7     Penanaman Kelapa Sawit
1.7.1  Pancang Tanam
Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan koleksi agar barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak pancang tanam disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan jenis bibit.
1.7.2 Lubang Tanam
 Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm disiapkan sebelum penanaman dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil.
1.7.3 Lansir Bibit
 Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah siap tanam dari bibitan utama dan diecerkan kelokasi tanam dijalur CR sesuai dengan jumlah tanam menggunakan zonder.
1,7.4 Penanaman
 Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam diberikan pupuk guano sebanyak 35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara bersamaan. Kemudian, polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali.
1.7.5 Konsolidasi
 Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit diperkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun demikian karena penenman biasanya dalam skala luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai denagn syarat –syarat kultur teknis. Kesalahan tanam yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru  atau karena kurangnya pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada Kelapa Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi. Kegiatan konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman, biasanyan tanaman yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau dipadatkan bagian tanahnya.
1.8    Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1.8.1 Penomoran Blok
Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok menggunakan kayu blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor blok tersebut dipasang pada 4 titik antara persingpangan CR dan MR. Penomoran blok ini harus sudah selesai setelah penanaman.
 1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis
Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah :
  1. Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari
  2. Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM
  3. Mempermudah pengawasan dilapangan
  4. Efektivitas pemupukan
1.8.3 Sensus Pokok
 Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1) dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).
a).   Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan.
b).   Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.
1.8.4 Pemeliharaan Jalan
 Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l:
1        Perataan Jalan
2        Memperbaiki saluran air ditepi jalan
3        Pengerasan jalan Penimbunan.
1.8.5 Pengendalian Gulma
 Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dengan menjadi pesaing bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan serta produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar pikul, piringan harus dibersihkan.
Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun pita (grasses), gulma berdaun lebar (Broadleaves), Gulma berkayu ( Brush weede), gulma pakisan ( Ferns).
Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain:
1        Memusnahkan gulma berbahaya
2        Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali
3        Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis, tindakan frepentif, Biologis, mekanis, kimiawi.
Standar dan tindakan pengendalian gulma  pada TBM dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai tanaman menghasilkan dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif, secara mekanis dan kimia.
a.    Pengendalian secara preventif dan kultur teknis
Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan penanaman kacangan sebagai penutup  tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma.
b.    Secara mekanis
Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul dan kait. Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun terluar pokok kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan cangkul.
1). Secara kimia
Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman berumur <12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk tanaman berumur >12 bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan jalan rintis dan gawangan disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi sasaran. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu alat semprot (Knap Sack). Alat ini yang memiliki ujung semprot yang disebut nozel, berikut ini merupakan spesifikasi jenis nozel.
Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya
NO
Nozzle
Lebar semprot (meter)
Volume semprot (liter/ha)
Rata -rata semprot Kg/cc
1
Polyjet merah
2
1000
2476
2
polyjet biru
1,5
600 – 800
1650
3
polyjet hijau
1.0 – 1.2
400
900
4
polyjet kuning
1.0 – 1.2
400 -600
680
5
polyjet hitam
1.2 – 2.0
800 – 1000
2560
6
VLV 200
1.2 – 2.0
200
970
7
VLV100
1.2 – 2.0
100
420
8
VLV 50
1
50
300
9
No drif Nozzle
1.2
225
-
10
CDA
0.5 – 1.0
25 – 50
-
11
Cone Nozle

500
-
Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
 Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman secara Biologi karena merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan terganggunya proses biologi dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang adalah bagian daun maka akan mengganggu proses foto sintesa dari tanaman.
Secara Ekonomi: organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merusak tanaman inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi karena mengakibatkan kehilangan hasil yang diharapkan.
Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para petani akan merugi secara ekonomi.
 1.9    Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
1.9.1 Pengendalian Gulma
 Pemeliharaan Gawangan
Tujuan pengendalian gulma di gawangan :
  1. Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari
  2. Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain
  3. Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan.
Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman lain yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat ditoleransi. Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong terjadinya erosi.
Pemberantasan Lalang
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping.
Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH
Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari.
Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:
  1. Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan
  2. Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.
  3. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke   pabrik kelapa sawit (PKS)
1.9.2 Penunasan (prunning)

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak berfungsi lagi, serta pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang. Ketentuan dalam penunasan, pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon kurang lebih 15 cm agar brondolan tidak tersangkut.
1.9.3 Pemupukan

Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai produksi  yang optimal, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karna itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan administrasi.
Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan analisa tanah.
1.10    Perisapan Panen

Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Adapun kegiatan menjelang produksi anatara lain:
1.10.1Kastrasi

Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur 14 bulan, dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan katrasi :
  1. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi digawangan mati
  2. Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan kastrasi  bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak dibuang.
  3. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan  elaidobius camerunicus
  4. Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada umur 20 bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18 dan diakhiri pada 24 bulan.
  5. Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi.
1.10.2 Sanitasi

Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik pada saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen pertama dimulai, kegiatan sanitasi:
  1. Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan mati
  2. Membuang semua pelepah kering
  3. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip brondolan.
1.10.3 Pembuatan Titi panen

Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air, agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan.
1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen atau TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:
  1. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk areal berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
  2. Ukuran TPH: – TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 3×4 m
  3. Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan TBS.
  4. Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH
1.10.5 Perlatan panen

Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran 8cm, angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga berondol.
1.10.6 Seksi Potong Buah

Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam luasan tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap blok) yang menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem 6/7, artinya dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen yang ada dibagi 6 seksi.
Tujuan pembuatan seksi panen adalah ;
  1. Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk memudahkan pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan tidak terlalu jauh untuk pindah hancak.
  2. Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka arah panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok yang lain, sehingga pengontrolan lebih sistematis.
  3. Memberikan target/ sasaran yang jelas.
  4. Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS.
1.10.7 Mandoran Panen
 Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih.
Adapun tugas-tugas mandoran:
  1. Menghancakan karyawan
  2. Membagi buku  notes potong buah
  3. Mengontrol kerja karyawan
  4. Memeriksamutu buah dan hancak karyawan
  5. Melakukan taksasi poong buah
  6. Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah
  7. Memeriksa alat kerja karyawan.
1.10.8 Sistem penghancakan
 Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara menempatkan karyawan (pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan.
Cara/sistem pengacakan ada tiga cara:
Hancak Giring murni
Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu seorang mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi pekerjaannya, karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak punya ras tanggung jawab terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh lama untuk pindah hancak. Hancak ini biasa diterapkan pada areal yang baru panen.
Hancak Giring tetap permandoran
Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam mandoran tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam mandoran tersebut selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan, misalnya berdasarkan karepatan panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan sistem giring murni adalah bahwa sistem giring ini yang memiliki han cak tetap hanya sebatas permandoran sedangkan karyawan tidak memiliki hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap akatif mengawasi  hasil pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke hancak baru.
Hancak Tetap
Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki daerah yang telah ditentukan  (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor panen akan lebih mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan.
1.11  Kegiatan Panen
 Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari urutan-urutan kegiatan pekerjaan dilapangan yang dimulai dari kondisi hutan yang dibloking, imas, tumbang, perun/rumpuk, dst  hingga tanaman mulai menghasilkan/ produksi.
Untuk mengambil produksi tersebut  maka perlu cara yang dianamakan panen, maka dalam  pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal mungkin, yaitu dengan cara menekan kehilangan prouksi (losses) hingga O %.
Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya  losses, yaitu:
  1. Buah mentah
  2. Buah masak tinggal dipokok
  3. Buah/Brondolan tidak dikutip
  4.  Buah/Brondolan dicuri
  5. Janjangan buah busuk
  6. Gagang panjang (GP)
  7. Administrasi yang tidak akurat
Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat juga dengan mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal.
Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi mengenai:
  1. Kerapatan buah masak
  2. Jumlah tenaga potong buah
  3. Umur tanaman
  4. Jumlah brondolan dan persentase siap borong
  5. Curah hujan
1.11.1 Sensus Produksi
 Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester (enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-rata (BJR).
Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel ini akn diketahui jumlah rata-rata janjang per pokoknya. Semakin banyak sempel maka data yang didapat semakin akurat.
Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn semester. Semester 1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus produksinya dilaksanakan pada tangal 20 s/d 31  desember tahun lalu. Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember tahun ini dan sensus produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini, Proses input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta paling lambat 7 hari setelah sensus.
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
  1. Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus.
  2. Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus, yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm suatu blok.
  3. Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.
1.11.2 Taksasi Potong Buah
 Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.
Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran, maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10% dari tiap total pokok produktif  pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen besok -66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok.
1.11.3 Kriteria Panen
 Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn apakah buah itu dinyatakan matang, mentah atau busuk. Pedoman yang digunakan untuk kematangan tersebut didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per Kg TBS.
Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah, yaitu buah masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini kurang efektif, terutama pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi.
Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah masak adalah sebagai berikut:
Umur tanaman
Jumlah brondolan
Keterangan
3-7 tahun 0-4 brondolan >5 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
8-20 tahun 0-10 brondolan >15 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
>20 tahun 0-20 brondolan >20 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM) Normal (BN)
Buah Busuk (BB)

Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah:
Istilah
Simbol
Tindakan
Un Ripe atau Mentah Hitam Buah BM Buah yang tidak membrondol, apabila terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah tetap diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan huruf  M berwarna merah.
Under Ripe atau Kurang masak atau Mentah merah - Buah yang telah membrondol akan tetapi belum sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang memotong buah ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah
Ripe atau Masak/ Normal Buah BN Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TBS atau lebih.
Over ripe atau Kelewat masak - Buah yang membrondol lebih dari 75 % brondolan yang terdpt pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya diakibatkan karena keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal pada pusingan yang lalu.
Empety Bunch atau buah busuk Buah BB Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan.

 1.11.4 Transportasi
 Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat pengumpul hasil (TPH), maka tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS yang ada di TPH. Buah yang telah dipanen sebaiknya segera di angkut ke Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan TBS jangan dibiarkan dilapangan lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan pihak perusahaan itu sendiri.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.

Senin, 28 Mei 2012

sawit indonesia

Saat ini (2012), Indonesia adalah produsen terbesar sawit di dunia, produksi CPO Indonesia mencapai 23 juta ton, sementara hanya 6 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri. Sisanya 17 juta ton di ekspor.


Berdasarkan data dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) pada tahun 2010 saja pernah mencatat dari total luas kebun kelapa sawit Indonesia di 2010 seluas 7,796 juta hektar yang dibagi menjadi 3 berdasarkan kepemilikannya, yaitu perkebunan negara, swasta, dan rakyat. Dari jumlah itu, untuk perkebunan swasta sebanyak 22% susah dikuasai pemodal dari Malaysia.

Rinciannya antara lain ; Perkebunan negara seluas 676 ribu hektar atau 8,47%, perkebunan swasta seluas 3,5 juta hektare atau 43,88%, dan perkebunan rakyat 3,8 juta hektar atau 47,65%. Jika perkebunan swasta seluas 3,5 juta hektare, maka 22% dari lahan seluas tersebut setidaknya 770.000 hektar dikuasai Malaysia.



Jumat, 25 Mei 2012

Sekilas info sawit Indonesia



KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannyamenghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

Botani Kelapa Sawit


Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.


Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji ) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidupHabitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 derajat. Kelapa Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Jika curah hujan terlalu tinggi maka yang akan banyak bermunculan adalah bunga jantan, sehingga akan menurunkan produksi buah sawit.

Tipe Kelapa Sawit


Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing.E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.


Tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, terdiri dari :

  • Dura
  • Pisifera
  • Tenera
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%.

Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

Hasil Tanaman Kelapa Sawit
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah Perkebunan Kelapa sawit Di Indonesia

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda), sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.

Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat(terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). Selain itu perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.




ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil)

Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) adalah suatu kebijakan yang diambil  oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.
Pelaksanaan ISPO akan dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan tugas pemerintah. Oleh karena itu tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International Standard Organization (ISO). Kementerian Pertanian akan melaksanakan penilaian untuk sertifikasi ISPO secara transparan dan independen.

Awal April 2012 industri sawit yang sudah siap akan diwajibkan mengikuti proses sertifikasi standar minyak sawit lestari versi Indonesia atau Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Saat ini sertifikasi masih dalam tahap proses penyiapan lembaga penilai.

Adapun Lembaga sertifikasi yang sudah mengajukan untuk menjadi lembaga penilai sebanyak 12. Maka diharapkan sertifikasi ISPO dapat dilaksanakan akhir Maret atau April 2012 ini.Sesuai dengan ketentuan, lembaga sertifikasi harus mempersiapkan auditornya untuk melaksanakan audit. Kebijakan ini tertuang, dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.19/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.


Standar minyak sawit lestari atau Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) akan diwajibkan untuk seluruh pelaku industri sawit di Tanah Air. Rencananya, semua pelaku sawit termasuk industri sawit harus sudah memiliki sertifikasi ISPO paling lambat 31 Desember 2014.


Ketentuan sertifikasi ISPO secara prinsip mulai berlaku tahun 2011 lalu, namun ada proses transisi. Kemudian mulai Maret 2012 menjadi wajib untuk yang sudah siap, dan kemudian pada tahu 2014 wajib untuk semua pelaku sawit.


Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan ISPO sebagai antisipasi perlakukan negara-negara importir minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Pelaku pasar biasanya hanya mau membeli apabila perusahaan eksportir itu sudah memiliki sertifikat RSPO.


Selama ini ketentuan mengenai Standar minyak sawit lestari tertuang dalam Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang disepakati oleh para stakeholder kelapa sawit di internasional.