I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau
Land Clearing
(LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan
tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman
menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.
1.1 Pembukaan Kebun Baru
Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus
dilakukan mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata
ruang sampai dengan pembukaan lahan secara fisik.
1.2 Perolehan Lahan
Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen sebagai langkah
ekspansif perusahaan
menuju terwujudnya luasan area yang ditetapkan. Didalan pelaksanannnya
pihak Manajemen mendapatkan usulan/masukan dari
Legal departemen atau sebaliknya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain:
A. Perizinan Area Baru
Legal departemen bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan
hak guna usaha (HGU).
Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang akan diurus
perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan membantu
Legal departemen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas.
B. Penilaian Kelayakan Lahan
Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan
(desk study) yang dilakukan oleh Riset dan GIS (
geografic information system) untuk mendapatkan informasi yang mencakup:
- Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit
- Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru
- Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan pabrik
- Potensi masalah sosial
Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan GIS
(geografic information system)
untuk melakukan survey lanjutan tentang kelayakan area yang mencakup:
Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan lingkungan. Dan beberapa
informasi yanag lebih mendetail, mencakup:
- Luas area berdasarkan kelas tanah.
- Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas dilapangan.
- Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang.
- Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut.
- Lokasi Sunber material pada area baru.
- Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)
Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian
dan jangka waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman
agronomi dibantu tim yang terdiri dari
finance, dan
engineering untuk menyusun rencana kerja proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja
Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi.
1 Jangka waktu pembangunan kebun
2 Tahapan – tahapan pembukaan kebun
3 Kebutuhan SDM
4 Keuangan
5 Alat berat dan kendaraan
Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey lahan yang mencakup informasi :
1 Batas kebun dan batas wilayah kebun
2 Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca
outlet)
3 Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga
4 Penentuan
Main Road (jalan utama) dan
Collection Road (jalan koleksi)
5 Rencana pembagian blok dan luas blok
6 Lokasi bibitan
7 Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain
8 Rencana lokasi pabrik dan perkantoran
9 Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan
10 Lokasi hutan
konservasi / penyangga
1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang
Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka
harus segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi
kantor, lokasi bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasi
emplasemen.
Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan
proyek / manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk
bangunan kantor dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah
ditetapkan tersebt diupayakan akan menjadi tempat pembangunan kantor
permanen, Gudang dan
Emplasemen kebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat persetujuan GM (general manager)
Plantation.
Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer
kebun pjuga mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan
dengan mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah
lokasi bibitan disetujui GM (general
manager) Plantation, pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan.
Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey
semi detail.
Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan
untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal
50 meter dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai
gangguan maka perlu dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas
sepanjang sisi kiri dan kanan jalan.
Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan
Enginering malakukan
survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS
serta Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey
tersebut, managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk
menghindari kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di
bangun PKS maupun
Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di
lapangan dengan pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya.
Pimpinan Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten
Pengembangan untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah
dicadangkan tersebut.
1.4 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin
hak guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan – tahapan dalam pembukaan lahan antara lain:
Survey Lahan dan evaluasi lahan
Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli
PMNP, kegiatan ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau
tidak lahan tersebut dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman
BudidayaTanaman Kelapa Sawit.
Rintis-Bloking
Kegiatan
rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata
batas / kerangka kebun, menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan
menentukan tata batas jalan utama ataupun jalan koleksi.
Pembuatan
rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis jalan
Main Road dan
Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas /
Theodolite.
Jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar
jalan koleksi (CR) 307 m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok
1.000 m.
Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih
dahulu sebelum rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok
pada areal berbukit tidak meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan
kondisi jaln kontur.
Pancang Rintis
Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M,
dan antar jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang
blok 1000 M, dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR
disesuaikan dengan kelipatan jarak tanaman.
Imas
Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat
berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak.
Tujuan imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan
perun mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.
Tumbang
Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin /
cheinsaw dilakukan setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan selesai pembuatan parit
outlet dan parit utama.
Ketentuan dalam penumbangan kayu:
- Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan
- Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai dilakukan perun mekanis.
Perun Mekanis
Perun mekanis dengan menggunakan alat berat
buldozer atau
excavator.
Perun mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan
tumbangan pada gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur
dan barat. Lebar rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar
rumpukan 32 M sedangkan pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan
16M.
Posisi Buldozer berada pad gawangan hidup dan kegiatan
pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur pada gawangan mati sejauh
2,5 m dari radius pohon sawit.
Pancang Jalur Rumpukan
(pancang staking)
Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di
gawangan mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau
putih agar mudah dilihat oleh operator
excavator atau
buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu jaluran.
1.5 Pembuatan Prasarana Jalan
Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat
vital, Yakni: sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur
transaportasi TBS, jalur trasportasi pemupukan, karyawan, material
bangunan serta sebagai pembatas blok. Putusnya jalan akan menghambat
semua aktivitas sehingga dapat mengganggu.
Jenis -jenis Jalan:
- Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak
antar jalan utama 1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut
atau rawa jalan dibuat dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada
salah satu sisi badan jalan. Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m,
dalam 4 m.
- Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m dan lebar badan jalan 7 m.
- Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong jalur kontur dngn lebar 5-7 m.
1.6 Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa
sawit secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit antara lain genetic tanaman
(innate), perlakuan (
induce) dan factor lingkungan atau kondisi alam (
enforce).
Faktor
innate adalah factor yang terkait dengan
genetic tanaman yang bersifat mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya
embrio dalam biji. Untuk mengelola factor
innate
ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat
jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya seperti
PT. Socfindo
.
Faktor
induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat
genetic sebagai
manifestasi factor lingkungan yang terkait dengan perlakuan manusia. Faktor
induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan dilapangan, seperti pemupukan.
Faktor
enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat
merangsang atau menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim,
temperatur, curah hujan, keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan
faktor penting untuk mendapatkan minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi
dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai panen pada umur 30 bulan.
Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
1 Potensi genetik dan asal – usul persilangannya
2 Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit
3 Seleksi bibit
4 Umur bibit saat ditanam kelapangan
Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah
ditanam kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi
produksi tidak dapat diperbaiki.
1.6.1 Penentuan Lokasi Bibitan
Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang
digunakan oleh perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya
yang harus dikeluarkan selama masa bibitan.
Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan yaitu :
1 Lokasi harus datar dan lapang
2 Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari.
3 Aman dari gangguan hama penyakit
4 Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif
1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan
Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan jalan.
Tahapan persiapan lahan bibitan:
1 Memilih lokasi potensial.
2 Membuat jalan tetap menuju bibitan.
3 Membersihkan areal penyemaian PN
(pre nursery) dan MN (
main nursery) secara mekanis.
4 Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang.
5 Membuat irigasi
1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan
Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin
bahwa masing – masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimal.
Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum 4. Pembuatan
sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan
pembibitan baik di
Pre Nursery maupun
Main Nursery.
Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa sawit, diantaranya :
1 Sistim irigasi manual
2 Sistim irigasi semi manual
3 Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang
(kirico) yang bertekanan.
Sistem
kirico
ini banyak memiliki kelebihan dan mudah dalam pengaplikasiannya,
sehingga selain biaya yang murah juga efektif terhadap sistem penyiraman
bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian – bagian instalasi
pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air, bagian
pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik berlubang
(kirico) dan sambungan – sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6”, 4” dan 2” serta selang
kirico. Jenis mesin 20 hp @1,250 RPM.
1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan
Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung atau satu tahap (
single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (
double stage)
a). Pembibitan satu tahap
Pada perkebunana yang sudah mapan (
established ) atau yang mempunyai topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap
(single stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam
largebag di
main nursery yang sudah dilakukan penjarangan (
spacing)
dengan jarak tanam 70cm segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung
17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum dilakukan penanaman kecambah maka
instalasi air harus sudah terpasang pada seluruh areal pembibitan yang
sudah direncanakan.
b). Pembibitan Dua Tahap
1). Pre Nursery
Tujuan
pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk
membuat persiapan area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan
bibit selama 3 bulan pertama atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun.
Pre Nursery juga bertujuan untuk mengoptimalkan dalam pemeliharaan.
2). Main Nursery
Transplanting ke
Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau setelah bibit memiliki 4 – 5 helai daun.
Tata cara pelaksanaan transplanting dari
pre nursery ke
main nursery sebagai berikut :
- Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah.
- Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan pembuatan lubang tanam
- Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey)
- Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan
- Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas
masing-masing kotak kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke
MN menggunakan mobil atau jonder.
- Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya
- Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting
Pada saat
transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi dengan pemberian pupuk
guano dan
agroblen
sebagai pupuk dasar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar.
Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok, sedangkan pupuk agroblen
50gr/pokok.
1.6.5 Kerapatan Tanam
Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area
berbukit, hal tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan
saat panen. Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat
dipengaruhi oleh jenis bibit yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang
memiliki diameter daun cukup lebar (contoh ; Marihat) maka jarak tanam
harus lebih dijarangkan agar pelepah daun tidak saling menutupi (bisa
terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit yang memiliki
diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo) maka
dapat ditanam lebih rapat.
Tabel 1.1 Kerapatan Tanam.
Kerapatan tanam (pohon/Ha)
|
Jarrak tanam anatara pohon
(segitiga sama sisi)
|
Jarak tegak lurus antar baris
|
128
|
9.5 m
|
8.23 m
|
130
|
9.4 m
|
8.14 m
|
136
|
9.2 m
|
7.97 m
|
148
|
8.8 m
|
7.62 m
|
160
|
8.5 m
|
7.36 m
|
Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan
Kegiatan yang dilakukan di
Pre Nursery (PN)
antara lain pengairan atau penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan,
konsolidasi bibit, pengendalian hama dan penyakit (PHPT) dan seleksi
bibit.
Penyiraman di
Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm
maka penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap
bibit adalah 0,2 – 0,3 Liter/potre per hari.
Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari
seminggu sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak
dianjurkan menggunakan herbisida.
1.6.7. Transplanting Bibit
Kegiatan
transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Adapun kegiatan – kegiatannya antara lain :
1 Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi
2 Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam
largebag
3 Penyusunan
largebag
4 Pembuatan lubang tanah.
1.6.8 Kegiatan di Main Nursery
a). Penyiraman
Penyiraman memerlukan 2 – 3 liter air per hari dengan sistem
mist irigation :
sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore.
b). Pemberian Mulsa
Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai adalah daun lalang kering yang dipotong – potong.
c). Pemupukan
Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata pada permukaan polybag.
d). Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual
(weding) dan
dengan cara herbisida kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian
gulma diluar polybag, rotasinya 1 bulan 1x dengan menggunakan alat
semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar tidak terkena bibit
biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung semprot.
e). Pengendalian Hama
Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan
ciri bercak spot – spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan
memperbaiki sitem pengairan, pemupukan dan media tanah. Pengendalian
dengan cara aplikasi sistemik dan non mistemik. Apabila gejala makin
parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan pestisida.
f). Konsolidasi Bibit
Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau
polybag yang condong serta meratakan tanah dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan sempurna.
1.7 Penanaman Kelapa Sawit
1.7.1 Pancang Tanam
Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan
koleksi agar barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali
dengan pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak
pancang tanam disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan
jenis bibit.
1.7.2 Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm
disiapkan sebelum penanaman dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara
topsoil dan subsoil.
1.7.3 Lansir Bibit
Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah
siap tanam dari bibitan utama dan diecerkan kelokasi tanam dijalur CR
sesuai dengan jumlah tanam menggunakan zonder.
1,7.4 Penanaman
Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam
diberikan pupuk guano sebanyak 35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara
bersamaan. Kemudian,
polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali.
1.7.5 Konsolidasi
Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang
baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit diperkebunan pada
umumnya dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun demikian karena
penenman biasanya dalam skala luas maka masih selalu terjadi penanaman
yang tidak sesuai denagn syarat –syarat kultur teknis. Kesalahan tanam
yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru atau karena kurangnya
pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada Kelapa
Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu
untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi.
Kegiatan konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman,
biasanyan tanaman yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau
dipadatkan bagian tanahnya.
1.8 Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1.8.1 Penomoran Blok
Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok
menggunakan kayu blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor
blok tersebut dipasang pada 4 titik antara persingpangan CR dan MR.
Penomoran blok ini harus sudah selesai setelah penanaman.
1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis
Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah :
- Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari
- Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM
- Mempermudah pengawasan dilapangan
- Efektivitas pemupukan
1.8.3 Sensus Pokok
Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai
pada bulan ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan
yang ideal maka perlu dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori
sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1) dan sensus produktif (
pada TBM 2 dan 3).
a). Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong
pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan
sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur
10 bulan.
b). Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.
1.8.4 Pemeliharaan Jalan
Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l:
1 Perataan Jalan
2 Memperbaiki saluran air ditepi jalan
3 Pengerasan jalan Penimbunan.
1.8.5 Pengendalian Gulma
Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami
dengan menjadi pesaing bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan
merugikan pertumbuhan serta produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu
gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar pikul, piringan harus
dibersihkan.
Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun pita
(grasses), gulma berdaun lebar
(Broadleaves), Gulma berkayu
( Brush weede), gulma pakisan
( Ferns).
Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain:
1 Memusnahkan gulma berbahaya
2 Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali
3 Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan
memberdayakan seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis,
tindakan frepentif, Biologis, mekanis, kimiawi.
Standar dan tindakan pengendalian gulma pada TBM dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai
tanaman menghasilkan dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif,
secara mekanis dan kimia.
a. Pengendalian secara preventif dan kultur teknis
Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan
penanaman kacangan sebagai penutup tanah yang dapat menekan pertumbuhan
gulma.
b. Secara mekanis
Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul
dan kait. Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun
terluar pokok kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan
cangkul.
1). Secara kimia
Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan
menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman
berumur <12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk
tanaman berumur >12 bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan
jalan rintis dan gawangan disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi
sasaran. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu
alat semprot
(Knap Sack). Alat ini yang memiliki ujung semprot yang disebut
nozel, berikut ini merupakan spesifikasi jenis
nozel.
Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya
NO
|
Nozzle
|
Lebar semprot (meter)
|
Volume semprot (liter/ha)
|
Rata -rata semprot Kg/cc
|
1
|
Polyjet merah
|
2
|
1000
|
2476
|
2
|
polyjet biru
|
1,5
|
600 – 800
|
1650
|
3
|
polyjet hijau
|
1.0 – 1.2
|
400
|
900
|
4
|
polyjet kuning
|
1.0 – 1.2
|
400 -600
|
680
|
5
|
polyjet hitam
|
1.2 – 2.0
|
800 – 1000
|
2560
|
6
|
VLV 200
|
1.2 – 2.0
|
200
|
970
|
7
|
VLV100
|
1.2 – 2.0
|
100
|
420
|
8
|
VLV 50
|
1
|
50
|
300
|
9
|
No drif Nozzle
|
1.2
|
225
|
-
|
10
|
CDA
|
0.5 – 1.0
|
25 – 50
|
-
|
11
|
Cone Nozle
|
|
500
|
-
|
Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman
secara Biologi karena merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan
terganggunya proses biologi dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang
adalah bagian daun maka akan mengganggu proses foto sintesa dari
tanaman.
Secara Ekonomi
: organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang merusak tanaman inang (tanaman utama) sehingga merugikan
secara ekonomi karena mengakibatkan kehilangan hasil yang diharapkan.
Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para petani akan merugi secara ekonomi.
1.9 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
1.9.1 Pengendalian Gulma
Pemeliharaan Gawangan
Tujuan pengendalian gulma di gawangan :
- Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari
- Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain
- Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan.
Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman
lain yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat
ditoleransi. Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong
terjadinya erosi.
Pemberantasan Lalang
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah sedikit, tindakan yang dilakukan berupa
spot spraying dan
wiping.
Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH
Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah
aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi
kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari.
Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:
- Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan
- Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.
- TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS)
1.9.2 Penunasan (prunning)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan
memperlancar penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak
berfungsi lagi, serta pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang.
Ketentuan dalam penunasan, pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon
kurang lebih 15 cm agar brondolan tidak tersangkut.
1.9.3 Pemupukan
Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai
produksi yang optimal, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karna itu dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat yaitu tepat jenis, dosis,
waktu, cara dan administrasi.
Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan analisa tanah.
1.10 Perisapan Panen
Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada
tahap awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik
terhadap sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen.
Adapun kegiatan menjelang produksi anatara lain:
1.10.1Kastrasi
Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I
umur 14 bulan, dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan
katrasi :
- Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi digawangan mati
- Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan
kastrasi bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak
dibuang.
- Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan elaidobius camerunicus
- Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada
umur 20 bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18
dan diakhiri pada 24 bulan.
- Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi.
1.10.2 Sanitasi
Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik
pada saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen
pertama dimulai, kegiatan sanitasi:
- Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan mati
- Membuang semua pelepah kering
- Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip brondolan.
1.10.3 Pembuatan Titi panen
Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit
maupun saluran air, agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan.
1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen
atau TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa
digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:
- TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk
areal berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
- Ukuran TPH: – TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 3×4 m
- Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan TBS.
- Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH
1.10.5 Perlatan panen
Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran
8cm, angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga
berondol.
1.10.6 Seksi Potong Buah
Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam
luasan tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap
blok) yang menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem
6/7, artinya dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen
yang ada dibagi 6 seksi.
Tujuan pembuatan seksi panen adalah ;
- Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk
memudahkan pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan
tidak terlalu jauh untuk pindah hancak.
- Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka
arah panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok
yang lain, sehingga pengontrolan lebih sistematis.
- Memberikan target/ sasaran yang jelas.
- Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS.
1.10.7 Mandoran Panen
Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih.
Adapun tugas-tugas mandoran:
- Menghancakan karyawan
- Membagi buku notes potong buah
- Mengontrol kerja karyawan
- Memeriksamutu buah dan hancak karyawan
- Melakukan taksasi poong buah
- Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah
- Memeriksa alat kerja karyawan.
1.10.8 Sistem penghancakan
Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara
menempatkan karyawan (pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak
artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan.
Cara/sistem pengacakan ada tiga cara:
Hancak Giring murni
Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan
sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu
seorang mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi
pekerjaannya, karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak
punya ras tanggung jawab terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh
lama untuk pindah hancak. Hancak ini biasa diterapkan pada areal yang
baru panen.
Hancak Giring tetap permandoran
Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam
mandoran tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam
mandoran tersebut selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan,
misalnya berdasarkan karepatan panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan
sistem giring murni adalah bahwa sistem giring ini yang memiliki han
cak tetap hanya sebatas permandoran sedangkan karyawan tidak memiliki
hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap akatif mengawasi hasil
pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke hancak baru.
Hancak Tetap
Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki
daerah yang telah ditentukan (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain
memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa
tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor panen akan lebih
mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan.
1.11 Kegiatan Panen
Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari
urutan-urutan kegiatan pekerjaan dilapangan yang dimulai dari kondisi
hutan yang dibloking, imas, tumbang, perun/rumpuk, dst hingga tanaman
mulai menghasilkan/ produksi.
Untuk mengambil produksi tersebut maka perlu cara yang dianamakan
panen, maka dalam pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan
menekan biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal
mungkin, yaitu dengan cara menekan kehilangan prouksi (
losses) hingga O %.
Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya
losses, yaitu:
- Buah mentah
- Buah masak tinggal dipokok
- Buah/Brondolan tidak dikutip
- Buah/Brondolan dicuri
- Janjangan buah busuk
- Gagang panjang (GP)
- Administrasi yang tidak akurat
Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat
juga dengan mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal.
Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi mengenai:
- Kerapatan buah masak
- Jumlah tenaga potong buah
- Umur tanaman
- Jumlah brondolan dan persentase siap borong
- Curah hujan
1.11.1 Sensus Produksi
Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/
padatan terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui /
memperkirakan produksi selama satu semester (enem bulan memdatang). Para
meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah
jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-rata (BJR).
Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan
berat janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase
yang akan didapat selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan
berat janjang adalah janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu
blok yang akan ditaksir produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel
ini akn diketahui jumlah rata-rata janjang per pokoknya. Semakin banyak
sempel maka data yang didapat semakin akurat.
Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn
semester. Semester 1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus
produksinya dilaksanakan pada tangal 20 s/d 31 desember tahun lalu.
Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember tahun ini dan sensus
produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini, Proses
input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah
sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta
paling lambat 7 hari setelah sensus.
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
- Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus.
- Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok
sensus, yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan
dipanen dalm suatu blok.
- Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.
1.11.2 Taksasi Potong Buah
Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Dengan mengetahui
perkiraaan produksi esok hari maka dapat menentukan jumlah tenaga kerja
atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat transportasi (Truk/trailer) yang
digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase kerapatan panen yang
ditentukan dari hasil sensus panen.
Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang
akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang
diperoleh).Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6
blok, dengan 3 mandoran, maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap
mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10% dari tiap total pokok
produktif pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen besok
-66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi
tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok.
1.11.3 Kriteria Panen
Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn
apakah buah itu dinyatakan matang, mentah atau busuk. Pedoman yang
digunakan untuk kematangan tersebut didasarkan pada jumlah brondolan
yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per Kg TBS.
Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah,
yaitu buah masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini
kurang efektif, terutama pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi.
Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah masak adalah sebagai berikut:
Umur tanaman
|
Jumlah brondolan
|
Keterangan
|
3-7 tahun |
0-4 brondolan
>5 brondolan
Gagang busuk |
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB) |
8-20 tahun |
0-10 brondolan
>15 brondolan
Gagang busuk |
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB) |
>20 tahun |
0-20 brondolan
>20 brondolan
Gagang busuk |
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB) |
Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah:
Istilah
|
Simbol
|
Tindakan
|
Un Ripe atau Mentah Hitam |
Buah BM |
Buah yang tidak membrondol, apabila
terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah
tetap diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan huruf M berwarna
merah. |
Under Ripe atau Kurang masak atau Mentah merah |
- |
Buah yang telah membrondol akan tetapi
belum sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang
memotong buah ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan
masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah |
Ripe atau Masak/ Normal |
Buah BN |
Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TBS atau lebih. |
Over ripe atau Kelewat masak |
- |
Buah yang membrondol lebih dari 75 %
brondolan yang terdpt pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya
diakibatkan karena keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal
pada pusingan yang lalu. |
Empety Bunch atau buah busuk |
Buah BB |
Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan. |
1.11.4 Transportasi
Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat
pengumpul hasil (TPH), maka tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS
yang ada di TPH. Buah yang telah dipanen sebaiknya segera di angkut ke
Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan TBS jangan dibiarkan dilapangan
lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB yang dapat menyebabkan
menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan pihak perusahaan
itu sendiri.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah,
dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk
mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas
dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan
dipecahkan agar inti (
kernel) terpisah dari cangkangnya.